Selasa, 16 Juli 2013
Atonia Uteri
1. Pengertian dan penyebab atonia uteri
a.Pengertian
Ada 2 pengertian atonia uteri, yaitu :
1.Atonia uteria adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir yang ditandai dengan lemah/lembeknya kontraksi uterus.
2.Atonia uteri adalah uterus yang tidak/kurang kontraksinya/his lemah, biasanya karena kelelahan, uterus terasa lunak, ototnya tidak berkontraksi
3.Atonia uteri adalah suatu keadaan lemahnya otot-otot uterus sehingga kontraksinya tidak kuat.
b.Penyebab
Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Atonia merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum; sekurang-kurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan atonia uteri. Upaya penanganan atonia uteri harus dimulai dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri.
Kondisi ini mencakup :
1.Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti pada :
•Polihidramnion
•Kehamilan kembar
•Makrosomi
2.Persalinan lama
3.Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
4.Paritas tinggi
Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko ini, maka penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya atonia uteri. Meskipun demikian, 20% atonia uteri dapat terjadi pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini, sehingga sangat penting bagi penolong untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penatalaksanaan awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
2.Pencegahan atonia uteri
Untuk mencegah atonia uteri ialah dengan melakukan menajemen aktif kala tiga secara efektif, yaitu :
1.Menyuntikan oksitosin
2.Peregangan tali pusat terkendali
3.Mengeluarkan plasenta
4.Melahirkan plasenta setelah plasenta tampak pada vulva dengan hati-hati.
5.Masase uterus
6.Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca salin
3.Penatalaksanaan atonia uteri
Penatalaksanaan atonia uteri meliputi :
1.Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan ( maksimal 15 detik )
2.Bersihkan vagina, saluran servik dan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah
3.pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptik
4.Mulai lakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi teruskan kompresi bimanual interna hingga 5 menit
5.Minta asisten atau keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
6Keluarkan tangan perlahan-lahan.Berikan metil ergometrin 0,2 mg intramuscular / intravena (jangan berikan jika hipertensi)
8.Berikan infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan cairan larutan ringer laktat dan oksitosin 20 unit/500 cc. habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.
9.Mulai lagi kompresi bimanual interna atau pasang tampon uterovagina
10.Buat persiapan untuk merujuk segera
11.Teruskan cairan intravena hingga ibu mencapai tempat rujukan. Kalau perlu terus lakukan KBI
12.Lanjutkan infus ringer laktat + 40 unit/500 ml hingga tiba di tempat rujukan dan berikan juga minum untuk rehidrasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar